Memantau Gerakan Janin dalam Kandungan
Dalam
pemeriksaan rutin, dokter kandungan biasanya akan memantau gerakan
janin yang merupakan salah satu indikator kesehatan janin. Umumnya
observasi terhadap gerakan janin dilakukan melalui pemeriksaan USG dan
pemeriksaan menggunakan kardiotokografi.
Sebenarnya, jelas dr. H. Taufik Jamaan, SpOG, ibu juga bisa melakukannya
sendiri. Misalnya, saat tengah berbaring santai di rumah. Soal waktu,
saran Taufik, sebaiknya dilakukan setelah memasuki trimester ketiga
karena dapat memberikan gambaran yang terjadi pada janin.
“Pertimbangannya, setelah memasuki usia kehamilan 28 minggu, gerakan
janin akan lebih njlimet, makin kuat, dan frekuensinya pun kian kerap.
Jadi, bila janin relatif diam, mesti dicurigai. Akan tetapi yang kelewat
aktif pun harus diwaspadai,” urai ginekolog dari Klinik Fertilitas
Morula RS Bunda Jakarta.
Diharapkan, janin melakukan gerakan normal minimal 10 kali sehari.
Kendati begitu, tidak adanya gerakan bukan selalu pertanda buruk. Bisa
saja si janin saat itu tengah tertidur nyaman dalam rahim (sleeping
baby). Jika benar demikian, tak ada ruginya melakukan usaha-usaha
membangunkannya. Misalnya dengan mencari letak kepala janin lalu
menggoyang-goyangkannya. Bila ia bergerak lagi, berarti janin dalam
keadaan normal. Bisa juga membangunkannya dengan suara dengan frekuensi
tertentu. Di rumah sakit, biasanya tersedia bel khusus yang akan
dibunyikan di atas perut ibu. Janin yang normal akan meresponnya dengan
bergerak kembali.
BERPUTAR TANPA HENTI
Namun jika janin diam saja alias tak merespon sama sekali rangsangan
fisik dan suara yang diberikan, “Justru patut diwaspadai. Bukan tidak
mungkin ia tengah mengalami hipoksia berat (kekurangan oksigen).” Salah
satu penyebabnya, janin terlilit tali pusat. “Kondisi ini bisa
diibaratkan dengan wajah yang tiba-tiba ditutup dengan tas plastik,
hingga kita kesulitan atau malah tak dapat bernapas. Dalam usaha
membebaskan diri dari kondisi tak bisa bernapas seperti itu, yang
bersangkutan pasti akan membuat gerakan-gerakan memberontak.
Itu pula yang akan terjadi dengan janin. Bila terlilit tali pusat, ia
akan bergerak sedemikian aktif guna membebaskan diri dari lilitan
tersebut. Gerakan tersebut akan dirasakan ibunya sebagai gerakan
berputar-putar tak menentu tanpa henti. Akan tetapi setelah beberapa
waktu terjadi hal sebaliknya, janin tak banyak gerak atau malah diam
sama sekali. Biasanya bila ibu segera menyadari dan bertindak cepat,
masih ada waktu kira-kira dua jam untuk menyelamatkan nyawa janin.
TERLILIT TALI PUSAR
Pada trimester kedua, jika berdasarkan pantauan USG janin terlihat
terlilit tali pusat, Taufik menganjurkan ibu lebih waspada. Kondisi
demikian, jelasnya, berarti janin memiliki faktor risiko walau tak
selamanya kondisi lilitan bakal membahayakan janin. Artinya, meski
terlilit tali pusat, janin tetap bisa dilahirkan normal.
Tentu saja ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni jika lilitannya
tak terlalu kencang hingga janin tak begitu terjerat kuat. Faktor lain
adalah tali pusat yang panjang dan air ketuban yang banyak. Sebab, jika
air ketubannya sedikit, dikhawatirkan janin akan semakin menekan tali
pusat hingga ikatan di lehernya kian kencang. Atau sebaliknya, bila tali
pusatnya pendek, makin lama ikatannya makin erat.
Dalam kondisi ini, biasanya dokter akan memantau arus darah pada tali
pusat. Bila lebih meningkat berarti jeratannya semakin kuat. “Kondisinya
sama saja dengan selang air. Bila selangnya dipencet, semburan airnya
kian kencang/deras. Nah, kalau arus darah semakin deras, berarti ada
efek penekanan pada tali pusat yang dapat membahayakan janin.” Untuk
menyelamatkan nyawa janin, biasanya akan dilakukan operasi untuk
mengeluarkan janin lebih cepat.
Namun tak selamanya janin yang bergerak hiperaktif identik dengan
hipoksia atau kekurangan oksigen. Bisa juga karena ulah si ibu sendiri.
Semisal makan sate kambing. “Sate kambing itu panas, lo, dan bisa
meningkatkan denyut jantung yang berimbas janin cenderung hiperaktif.
Oleh sebab, ibu hamil tidak disarankan makan sate kambing,” kata Taufik.
BEDA USIA, BEDA GERAKAN
Gerakan janin, jelas Taufik, berbeda pada setiap usia kehamilan. Gerakan
pertama biasanya dirasakan si ibu pada usia kehamilan antara 14-16
minggu yang disebut dengan wickening. Di usia ini janin mulai tumbuh
besar dan air ketuban pun tersedia cukup banyak, hingga ibu bisa
merasakan janinnya bergerak sedikit. Sensasi yang muncul seperti
“dikitik-kitik” atau serasa ada bola kecil menggelinding lembut dalam
rahimnya. Tapi tak setiap ibu hamil akan merasakan gerakan janin di usia
kehamilan yang sama. Yang belum pernah hamil umumnya agak telat
merasakan gerakan awal ini, yakni di atas usia kehamilan 16 minggu.
Sampai usia kehamilan 28 minggu boleh dibilang gerakan janin belum
begitu bermakna. Artinya, belum dapat menjadi indikator kesehatan janin
seperti pada trimester akhir. Kecuali dengan bantuan alat canggih
seperti USG yang memungkinkan mengamati gerakan, bahkan denyut jantung
bayi. Gerakan janin baru akan terasa menghebat pada usia kehamilan 28
minggu. Karena proporsi yang paling besar saat ini adalah kepala, maka
janin akan berputar-putar bahkan ber”salto” sedemikian rupa agar bisa
memposisikan kepalanya ke arah bawah.
MEMANTAU DENGAN TABEL KHUSUS
Untuk memudahkan pemantauan gerakan, buatlah semacam tabel sederhana
berisi 3 kolom. Kolom pertama diberi judul “Hari”, yang berikut “Jam”,
dan kolom terakhir “Jumlah Tendangan”. “Caranya, tak perlu memegangi
perut setiap jam seharian penuh, kok. Cukup setiap 5-6 jam atau 3 kali
sehari, pagi, sore dan malam hari. Kalaupun masih dianggap kelewat
menyita waktu, bisa dilakukan 2 kali sehari, yakni setelah sarapan dan
makan malam.
Teknisnya, tempelkan tangan di atas perut hingga ibu bisa merasakan
gerakan janin sekaligus menghitungnya. Ibu harus dalam kondisi relaks,
posisi berbaring ke kiri agar rahim tak menekan aorta dan pembuluh darah
yang berada di atas rahim. Gerakan janin sendiri biasanya
berirama/bergelombang mengingat janin berada di kantong yang penuh air.
Nah, pada trimester akhir di saat janin sudah semakin besar, ruangan
yang tersisa dalam rahim pun kian sempit, hingga gerakannya tak lagi
leluasa. Semisal tak bisa melakukan gerakan “salto” seperti di
bulan-bulan sebelumnya. Yang masih banyak bergerak hanyalah kaki atau
tangannya. Kepala pun tidak banyak bergerak karena umumnya sudah berada
di bawah.
Kini, hitunglah setiap kali janin “menendang”, “meninju” atau sekadar
berkelit lalu tuliskan dalam tabel. Umpamanya, Kamis jam 08.00, janin
bergerak 6 kali. Sementara di hari yang sama, jam 12.00, jumlah
gerakannya 4 kali, sedangkan malam hari gerakannya mencapai 10 kali.
Maka bila ditotal, gerakan hari itu mencapai 20 kali dan ini masuk
kategori normal.
Sebaliknya, jika total gerakan janin sehari kurang dari 10 kali, segera
hubungi dokter atau langsung periksakan diri ke rumah sakit. “Di rumah
sakit biasanya akan dilakukan rekaman gerakan janin dengan menggunakan
kardiotokografi. Dengan alat ini gerakan janin maupun kontraksi rahim
bisa ‘terbaca’ lebih baik dan akurat,” ujar Taufik.
Source :kliping kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar