SYI’AH DAN AHLU BAIT
Oleh: Abu Abdillah Fadlan
Fahamsyah, Lc. M.H.I
(Dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya)
(Dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya)
Syi’ah adalah firqoh sesat yang jauh menyimpang
dari ajaran Islam, mereka adalah sejelek-jelek manusia yang mengklaim bahwa
mereka menyintai sebaik-baik manusia (ahlu bait). Tetapi itu hanyalah sebatas
pengakuan atau omong kosong yang selalu mereka nyanyikan, dibalik itu mereka
menyembunyikan niat busuk, rencana jahat, makar, pengkhianatan terhadap Islam,
dan penghinaan terhadap sahabat Nabi, kemudian mereka memolesnya dan
menutupinya dengan “kecintaan terhadap ahlu bait” atau dengan kata lain “Syi’ah
membajak nama ahlu bait.”
SIAPAKAH AHLU BAIT?
Ahlu bait menurut Ahlus Sunnah wal Jamaah
adalah keluarga Nabi Muhammad yang diharamkan atas mereka untuk memakan
shodaqoh, di antaranya adalah keluarga Ali, Ja’far, Aqil, al-Abbas, anak-anak
al-Harits bin Abdil Muththolib dan seluruh istri-istri Rosululloh dan
juga anak-anak perempuan belilau.[1]
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa istri-istri
Rosululloh termasuk ahlu bait adalah firman Alloh Ta’ala:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ
Sesungguhnya Alloh bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. (QS. al-Ahzab: 33)
Imam Ibnu Katsir v berkata, “Dan tidak ada
keraguan bagi orang yang mentadabburi al-Qur’an bahwa istri-istri Rosululloh
termasuk dalam firman Alloh di atas. Hal itu didukung oleh konteks
kalimat, sehingga Alloh mengatakan sesudahnya:
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu
dari ayat-ayat Alloh dan Hikmah (sunnah Nabimu). (QS. al-Ahzab: 33)
Artinya, dan ingatlah (wahai istri-istri nabi)
apa saja yang dibacakan dirumah kalian berupa ayat-ayat Alloh dan hikmah[2].
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa anak-anak
dari paman-paman Rosul termasuk ahlu bait, adalah riwayat yang mengatakan bahwa
Rosululloh pernah berkata dihadapan cucu al-Harits bin Abdul Muththolib
dan juga al-Fadhl bin al-Abbas:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لاَ تَنْبَغِي لآلِ مُحَمَّدٍ،
إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ النَّاسِ
Sesungguhnya shodaqoh tidak pantas untuk
keluarga Muhammad, karena ia adalah kotoran manusia.[3]
Sebagian ulama juga ada yang memasukkan Bani
Muththolib dalam ahlu bait, karena Bani Hasyim dan Bani Muththolib syai’un
wahid (keluarga yang satu).[4]
Adapun Syi’ah berpendapat kebalikan dari hal
di atas. Mereka membatasi bahwa yang dimaksud dengan ahlu bait kenabian
hanya empat orang, yaitu: Ali, Fathimah, Hasan dan Husain. Selain dari
empat orang tersebut mereka keluarkan dari ahlu bait Nabi. Bahkan mereka juga
mempunyai pendapat yang ekstrim yaitu mengeluarkan anak-anak Ali sendiri yang bukan
dari Fathimah, seperti Muhammad Ibnul Hanafiyah. Bahkan yang lebih ekstrim
lagi, mereka mengeluarkan tiga anak perempuan Rosululloh selain Fathimah,
yaitu Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqoyyah radliyAllohu ‘anhunna. Begitu
juga suami-suami mereka dan anak-anak mereka. Semua tidak mereka anggap sebagai
ahlu bait Nabi.[5]
SIKAP AHLUS SUNNAH DAN SYI’AH TERHADAP AHL
BAIT
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
“Sesungguhnya Ahlus Sunnah mencintai keluarga Nabi, loyal kepada mereka,
menjaga wasiat beliau kepada mereka, sebagaimana yang beliau katakan pada hari
ghodir ghum: ‘Aku ingatkan kalian (agar memuliakan) ahlu
baitku.’ Dan Rosululloh juga berkata kepada al-Abbas ketika dia
mengeluhkan sikap Quraisy yang meremehkan Bani Hasyim, beliau berkata, ‘Demi
Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sesungguhnya mereka tidak beriman sampai
mereka menyintai kalian (ahlu bait)….’ Ahlus Sunnah juga loyal kepada
istri-istri Rosululloh , mereka adalah ibu-ibu orang-orang yang beriman, dan
mereka adalah istri-istri Rosululloh di dunia dan di akhirat.[6]
Ahlus Sunnah menyintai ahlu bait dan memuliakan
mereka, karena mencintai mereka adalah bagian dari kecintaan kepada Rosul,
meskipun demikian Ahlus Sunnah tidak melampaui batas dan ghuluw dalam
mencintai mereka. Ahlus Sunnah mencintai ahlu bait selama mereka mengikuti sunnah
Rosululloh dan berada di jalan yang lurus, dan Ahlus Sunnah berlepas diri
dari mereka jika mereka menyimpang dari agama, meskipun mereka adalah ahlu
bait. Karena Rosululloh bersabda:
وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِيْنِيْ مَا
شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
Wahai Fathimah putri Muhammad mintalah hartaku
sesuka hatimu, tapi sedikitpun aku tidak bisa memberikan manfaat kepadamu di
hadapan Alloh.[7]
Adapun sikap Syi’ah kepada ahlu bait dan
imam-imam yang mereka anggap keturuna Ali , mereka percaya semuanya
terhindar dari dosa (ma’shum), bahkan mereka percaya bahwa imam-imam mereka
lebih mulia dari pada para Nabi dan Rosul, dan lebih mulia dari pada para
malaikat yang terdekat.
Hal itu sebagaimana yang diungkapkan
al-Khumainy dalam kitabnya Wilayatul Faqih: Di antara pokok-pokok
madzhab kami adalah bahwasanya tidak ada seorangpun yang mendapatkan kedudukan ma’nawiyah
ruhiyah yang dimiliki oleh para imam-imam kami, meskipun malaikat yang
dekat dan Rosul yang diutus.[8]
PERTENTANGAN ANTARA SYI’AH DAN AHLU BAIT
Syi’ah yang mengklaim mencintai ahlu bait
ternyata mereka banyak menyelisihi ahlu bait, maka kecintaan mereka hanyalah
sebatas pengakuan dan bukan kenyataan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan
penyair:
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقاً لأَطَعْتَهُ
إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ
مُطِيْعُ
Jika benar cintamu itu sejati, pasti engkau
akan menaatinya
Sesungguhnya pecinta menaati sang kekasih
Di antara pertentangan antara Syi’ah dan ahlu
bait adalah bahwasanya ahlu bait mencintai para sahabat Nabi. Berbeda halnya
dengan Syi’ah Rofidhoh mereka melecehkan, menghina, bahkan mengkafirkan
mayoritas sahabat Nabi.
Di antara bukti bahwa ahlu bait mencintai sahabat
Nabi adalah perkataan Ali bin Abi Tholib , -imam yang mereka anggap ma’shum-
beliau berkata ketika berada di atas mimbar kufah, “Sebaik-baik umat ini
sesudah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar.”[9]
Beliau juga berkata, “Aku sering mendengar
Rosululloh bersabda, ‘Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk
bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar’.”[10]
Hal ini menunjukkan bahwa Ali memuji Abu
Bakar dan Umar karena kedekatannya dengan Rosululloh .
Diriwayatkn pula bahwa beliau berkata, “Sungguh
aku lihat semua sahabat Muhammad , tidak seorangpun dari kalian yang bisa
menyamai mereka, mereka berambut kusut dan berdebu (karena berjuang di medan laga),
berjaga di tengah malam untuk bersujud dan berdiri sholat malam, di kening dan
kedua pipi mereka selalu kelihatan kegesitan bekerja, kening-kening mereka
menebal karena lama sujud, apabila mereka mengingat Alloh maka mengalirlah air
mata mereka sampai membasahi baju mereka.[11]
Diriwayatkan dari Majlisi[12] dari ath-Thusi, tentang Ali bin Abi Tholib, bahwa beliau
mengatakan kepada sahabat-sahabat beliau: “Saya wasiatkan kamu tentang
sahabat-sahabat Rosululloh, jangan kamu mencaci mereka, karena mereka adalah
sahabat Nabimu, mereka tidak pernah mengadakan dalam agama sedikit pun, tidak
pernah membenarkan ahlu bid’ah. Ya demikianlah Rosululloh mewasiatkan kepada
saya tentang mereka.[13]
Demikianlah sikap ahlu bait terhadap
sahabat-sahabat Rosululloh, mereka mencintai dan menghormati mereka, dan masih
banyak lagi nukilan-nukilan dari ahlu bait yang menunjukkan kecintaan mereka
kepada para sahabat yang tidak mungkin kita cantumkan semua di makalah ini.
Adapun Syi’ah, mereka mencela, menghina bahkan
mengkafirkan para sahabat, dan ini adalah salah satu bentuk
pembangkangan dan pengkhianatan terhadap ahlu bait yang mana
mereka menghormati para sahabat.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan ‘Bukhori’
mereka yaitu Muhammad Ya’qub al-Kulany, dia berkata, “Semua manusia sepeninggal
Rosululloh telah murtad keculi 3 orang, yaitu al-Miqdad, Abu Dzar
aL-Ghifary, dan Salman al-Farisy.”[14]
Dan di antara pertentangan Syi’ah terhadap ahlu
bait adalah mereka mencela dan melaknat 3 Khulafaur Rosyidin Abu Bakar, Umar,
dan Utsman g, kemudian menyifati mereka dengan berhala, murtad dan
merampas kekholifaan Ali. Hal itu sebagaimana yang diungkapkan dedengkot mereka
Muhammad Kazhim, ia membawa riwayat palsu atas nama Ali Zainal Abidin bahwa
beliau berkata, “Siapa yang melaknat al-jibt/berhala (Abu Bakar) dan ath-thoghut
(Umar) sekali laknat, maka dia akan mendapatkan 70.000 atau beribu-ribu
kebaikan ….”[15] Semoga Alloh melaknat orang yang melaknat para sahabat
Nabi .
KEDUSTAAN SYI’AH ATAS NAMA AHLU BAIT
Di antara kedustaan Syi’ah yang mereka sandarkan
ke ahlu bait adalah
1. Mut’ah
Mereka menisbatkan perbuatan
keji dan dosa ini kepada Rosululloh . Katanya beliau bersabda, “Barangsiapa
meninggal dunia tanpa nikah mut’ah, maka kelak dia akan datang pada hari kiamat
dalam keadaan terpotong hidungnya.”[16]
2. Memamerkan kemaluan
Bersamaan dengan mut’ah, kaum Syi’ah membolehkan
memamerkan kemaluan kepada orang lain. Yang demikian itu sebagaimana yang
mereka riwayatkan dari Abul Hasan ath-Thori’, bahwa ia berkata, “Aku bertanya
kepada Abu Abdillah tentang seorang perempuan yang memperlihatkan
kemaluannya, maka dia menjawab, ‘Tidak mengapa’.”[17]
3. Nikah tanpa wali
Kaum Syi’ah meriwayatkan secara dusta bahwa
Ja’far berkata, “Tidak mengapa seorang perawan menikah tanpa izin kedua orang
tuanya jika ia ridho.”[18]
4. Celaan ahlu bait terhadap para sahabat.
Kaum Syi’ah banyak meriwayatkan hadits-hadits
palsu yang mereka nisbatkan kepada ahlu bait tentang celaan mereka terhadap
para sahabat, di antaranya adalah yang mereka riwayatkan dari Ali Zainal Abidin
bahwa baliau berkata, “Dan kami Bani Hasyim memerintahkan orang-orang tua dan
anak-anak kecil kami untuk mencaci maki Abu Bakar dan Umar serta berlepas diri
dari keduanya.”[19]
Dan masih banyak lagi kedustaan-kedustaan Syi’ah
yang disandarkan kepada ahlu bait.[20]
PENGHINAAN SYI’AH TERHADAP AHLU BAIT
Syi’ah yang telah mendakwahkan diri, bahwa mereka
mencintai dan mendukung ahlu bait ternyata mereka mencela dan merendahkan ahlu
bait. Berikut ini kami nukilkan ucapan-ucapan mereka dari kitab-kitab mereka
sendiri.[21]
- 1. Syi’ah merendahkan putri-putri Rosululloh .
Ahli sejarah Syi’ah Hasan al-Amin –semoga Alloh
memburukkannya– berkata, “Para ahli sejarah menyebutkan bahwa Rosululloh
mempunyai empat putri, tetapi setelah kami teliti kembali berdasarkan
teks-teks sejarah, kami tidak menjumpai dalil yang menunjukkan bahwa mereka
adalah putri-putri Rosululloh kecuali Fathimah az-Zahro, adapun selain
beliau adalah anak-anak Khadijah dari suaminya yang pertama.[22]
- 2. Syi’ah merendahkan Ali .
Mereka menyifati Ali sebagai seorang penakut dan
lemah yang tidak bisa mempertahankan miliknya, mereka mengatakan bahwa Ali
sebenarnya tidak rela menikahkan Ummu Kultsum –anaknya– dengan Umar, tetapi
karena dia takut kepada Umar maka dia akhirnya mewakilkan al-Abbas pamannya
untuk menikahkan putrinya tersebut dengan Umar.[23]
- 3. Syi’ah menghina Fathimah
Kaum Syi’ah merendahkan Fathimah dengan
menyandarkan kepada beliau perbuatan-perbuatan yang tidak layak dilakukan oleh
seorang muslimah manapun. Di antaranya adalah mereka mengatakan bahwa Fathimah
pernah mendatangi Abu Bakar dan Umar untuk menyelesaikan kasus fada’,
kemudian terjadi pertengkaran di antara mereka, sehingga Fathimah mengoceh, dan
(mengumpat) serta berteriak-teriak di tengah-tengah manusia.[24]
Demikianlah mereka merendahkan Fathimah, dan
masih banyak lagi cerita-cerita bohong lainnya yang mereka sandarkan kepada
beliau.
- 4. Syi’ah merendahkan Hasan .
Ketika Ali terbunuh, kaum Syi’ah mengangkat
dan mendukung Hasan menjadi kholifah, tetapi belum lama menjadi kholifah kaum
Syi’ah sudah mengkhianati dan menghinakan beliau. Hal ini diakui oleh ahli
sejarah mereka ath-Thobrisy, dia mengatakan dalam kitabnya al-Ihtijaj,
Hasan berkata, “Demi Alloh aku melihat Mu’awiyah lebih baik dari pada Syi’ah
yang mengaku mendukungku, mereka menginginkan kematianku dan ingin mengambil
hartaku, sesungguhnya berdamai dengan Mu’awiyah untuk menjaga darahku dan
keluargaku itu lebih baik dari pada kaum Syi’ah membunuhku dan menyia-nyiakan
ahlu baitku.”[25]
5. Syi’ah merendahkan Husain .
Para ahli hadits Syi’ah mengatakan: Sesungguhnya
Fathimah membenci untuk mengandung Husain, dan karena kebencian ibunya ini,
Husain tidak mau menyusu kepada Fathimah.[26]
SIKAP AHLU BAIT TERHADAP SYI’AH ROFIDHOH
Imam-imam ahlu bait seperti Ahlus Sunnah lainnya
dalam menyikapi Syi’ah, mereka mengingkari dengan keras akan kesesatan akidah
mereka, dan kedustaan-kedustaan yang mereka nisbatkan kepada diri mereka.
Berikut akan kami nukilkan perkataan-perkataan para imam ahlu bait dalam
mencela Syi’ah Rofidhoh.[27]
1. Ali bin Abi Tholib .
Beliau berkata:
لاَ يُفَضِّلُنِي أَحَدٌ عَلَى أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَر إِلاَّ جَلَدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِي
“Tidaklah seseorang melebihkan diriku atas syaikhoini
(Abu Bakar dan Umar) melainkan aku cambuk dia sebagai hukuman bagi pendusta.”[28]
2. Al-Hasan bin Ali .
Diriwayatkan dari Amr bin A’shom, dia berkata
kepada al-Hasan, “Sesungguhnya kaum Syi’ah menyangka bahwa Ali diutus sebelum
hari kiamat, kemudian beliau menjawab, ‘Mereka berdusta, demi Alloh mereka
bukanlah pengikut kami’.”[29]
3.
Al-Husain bin Ali .
Beliau berkata kepada kaum Syi’ah yang ada di
Irak setelah mereka menyuruh beliau untuk pindah ke Irak untuk dibaiat dan
dijanjikan pertolongan, tetapi mereka mengingkari janji dan bahkan menyerahkan
beliau ke tangan musuhnya, beliau berkata, “Ya Alloh sesungguhnjya ahlu Irak
menipuku dan mengkhianatiku, dan sebelumnya mereka juga berbuat kejahatan
kepada saudaraku (Hasan). Ya Alloh cerai beraikanlah mereka.”[30]
4. Ali bin al-Husain bin Ali .
Diriwayatkan secara shohih bahwa beliau berkata,
“Wahai penduduk Irak (kaum Syi’ah) cintailah kami secara Islam dan janganlah
kalian mencintai kami seperti kecintaan terhadap berhala, kalau kalian
senantiasa mencintai kami dengan cara seperi ini, maka itu menjadi celaan bagi
kami.”[31]
5. Muhammad bin Ali al-Baqir .
Beliau berkata, “Semua keturunan Fathimah telah
sepakat bahwa mereka tidak berkata tentang Abu Bakar dan Umar kecuali dengan
sebaik-baik perkataan.”
Diriwayatkan pula bahwa beliau berkata,
“Sesungguhnya kaum Syi’ah di Irak mengira bahwa mereka mencintai kami ahlu
bait, kemudian mereka mencela dan menghina Abu Bakar dan Umar , dan
mereka mengira bahwa aku menyuruh mereka untuk melakukan itu, maka kabarkan
kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka, dan Alloh pun berlepas diri
dari mereka. Demi Alloh jika aku mempunyai kekuasaan, aku akan mendekatkan
diriku kepada Alloh dengan menumpahkan darah-darah mereka, sesungguhnya aku
tidak akan mendapatkan syafaat Muhammad jika aku tidak mendoakan kebaikan
untuk mereka berdua (Abu Bakar dan Umar ).”[32]
6. Zaid bin Ali .
Beliau berkata, “Abu Bakar adalah imam bagi
orang-orang yang bersyukur, berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar berarti
berlepas diri dari Ali radhiyAllohu ‘anhum jami’an.”[33]
7. Ja’far bin Muhammad .
Beliau ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, maka
beliau berkata, “Dukunglah (cintailah) keduanya dan berlepas dirilah dari
musuh-musuhnya, mereka berdua adalah imamul huda. Apakah ada orang yang
mencela kakeknya? Sesungguhnya Abu Bakar adalah kakekku, aku tidak akan
mendapatkan syafaat Muhammad jika aku tidak loyal kepada keduanya dan
berlepas diri dari musuh-musuhnya.”[34]
Dalam riwayat yang lain beliau mengatakan,
“Kalian menanyakan kepadaku tentang dua orang yang telah merasakan manisnya
buah surga.”[35]
Riwayat-riwayat di atas yang kami nukilkan dari
para imam ahlu bait merupakan bantahan telak terhadap kaum Syi’ah yang telah
mengkafirkan dan melecehkan Abu Bakar dan Umar . Semoga Alloh meridhoi
para sahabat Nabi , dan membinasakan dengan segera kaum Syi’ah Rofidhoh di
dunia dan akhirat. Amiin wAllohu a’lam.
[1] Aqidah at-Tawhid oleh asy-Syaikh DR. Soleh bin Fauzan,
cet. Darul Qosim, hal. 162.
[2] Tafsir Ibnu Katsir, cet. Dar el-Taybah, Juz 6, hal,
415.
[3] HR. Muslim no. 1072
[4] Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah al-Imam
asy-Syafi’i dan Imam Ahmad, lihat Fadhlu Ahlul Bait wa
‘Uluum ’Inda Ahlis Sunnah oleh asy-Syaikh
Abdul Muhsin al-Abbad.
[5] Untuk memperjelas masalah ini silahkan anda lihat kitab asy-Syi’ah
wa Ahlul Bait oleh DR. Ihsan Ilahi Zhohir yang diterbitkan oleh Idaroh
Turjumanu el-Sunnah, Lahore-Pakistan. Beliau adalah salah seorang ulama dari
Pakistan yang sangat gigih dalam menyingkap rahasia dan kebohongan
Syi’ah, beliau membantahnya melalui kitab-kitab ulama Syi’ah sendiri, hingga
perjuangannya ini mengakibatkan beliau dibunuh oleh kelompok Syi’ah. Semoga
Alloh merahmati beliau dan membinasakan Syi’ah Rofidhoh
[6] Al-Aqidah al-Washithiyah oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah hal. 188, cet. Dar Ibnu el-Jauzi.
[7] HR. Bukhori no. 2753.
[8] Lihat Wilayatul Faqih oleh al-Khumainy, dalam bab Wilayat
Takwin, hal. 57 cet, Teheran. Dan perkataan senada juga sering di ungkpkan
pembesar dan ulama-ulama Syi’ah yang lain seperti Muhammad bin Hasan
al-Masyghory, al-Kulany, al-Qumy dan lain-lainnya, lihat kitab asy-Syi’ah wa
Ahlu Bait, hal. 25-26, oleh DR. Ihsan Ilahi Zhohir yang diterbitkan oleh
Idaroh Turjumanu el-Sunnah, Lahore-Pakistan.
[9] Di riwayatkan Imam Ahmad dalam al-Musnad 1/106 dan di
shohihkan al-Albani dalam Zhilalul Jannah. Dan diriwayatkan pula oleh
al-Lalka’i 7/1366.
[10] Hal ini menujukkan kedekatan Rosululloh dengan Abu Bakar dan
Umar. Hadits ini di riwayatkan al-Bukhori 3685. Dan Muslim 2389 dalam manaqib
atau keutamaan Umar.
[11] Lihat Nahjul Balaghoh, hal. 143, cet. Dar el-Kutub
Beirut 1387 H.
[12]Al-Majlisi adalah Mulla Muhammad Baqir al-Majlisi, pemimpin
Syi’ah yang paling keras permusuhannya terhadap sunnah dan Ahlus Sunnah, binasa
pada tahun 1110 H.
[13] Hayatul Qulub oleh al-Majlisi, juz 11, hal. 261, kami
nukil dari kitab Syi’ah wa Ahlu Bait oleh DR. Ihsan Ilahi Zhohir yang
diterbitkan oleh Idaroh Turjumanu el-Sunnah, Lahore-Pakistan, hal. 36.
[14] Kitab ar-Raudhoh minal Kafy, juz 8, hal. 245,
hal senada dikatakan pula oleh al-Majlisi dalam kitabnya Hayatul Qulub
oleh al-Majlisi, juz 1, hal. 640, kami nukil dari kitab Syi’ah wa Ahlu Bait
oleh DR. Ihsan Ilahi Zhohir yang diterbitkan oleh Idaroh Turjumanu el-Sunnah,
Lahore-Pakistan, hal. 42-43.
[15] `Ajmaul Fadhoih Mula Kazhim: Dhiya’ush Sholihin, hal.
513, lihat asy-Syi’ah wa Ahlu Bait, hal. 140.
[16] Kitab Syi’ah: Tafsir Minhajush Shodiqin, oleh
al-Kasyani, juz 2, hal. 48.
[17] Lihat kitab Syi’ah wa Ahlu Bait oleh DR. Ihsan Ilahi
Zhohir, hal. 203, beliau menukil dari kitab al-Istibshor oleh at-Thufi,
juz 3, hal. 141.
[18] Lihat Tahdzibul Ahkam, juz 7, hal. 254.
[19] Rijalul Kusyaiy, hal. 180, lihat Syi’ah wa Ahlu
Bait, hal. 140.
[20] Silahkan lihat kitab Syi’ah wa Ahlu Bait oleh DR.
Ihsan Ilahi Zhohir yang diterbitkan oleh Idaroh Turjumanu el-Sunnah,
Lahore-Pakistan, hal. 194-222.
[21]Lihat kitab Syi’ah wa Ahlu Bait oleh DR. Ihsan Ilahi
Zhohir, hal. 238-251.
[22] Lihat Dairotul Ma’arif al-Islamiyah as-Syi’iyyah
1/27, cet. Beirut.
[23] Hadiqotu asy-Syi’ah oleh al-Maqdis, hal. 277.
[24] Lihat kitab Salim bin Qois, hal. 253. Lihat juga kitab
ar-Roudhoh Minal Kafi, juz 8, hal. 238.
[25] Lihat Ihtijaj, hal. 148, oleh Thobrosi.
[26]lihat kitab asy-Syi’ah wa Ahlu Bait, hal. 251, oleh DR.
Ihsan Ilahi Zhohir yang diterbitkan oleh Idaroh Turjumanu el-Sunnah,
Lahore-Pakistan.
[27] Lihat kitab al-Intishor Lishshohbi wal Aal, oleh
DR. Ibrohim ar-Ruhailly, hal. 78-83.
[28]Di riwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam as-Sunnah 2/562
dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah, hal. 561.
[29] Di riwayatkan Imam Ahmad dalam al-Musnad 1/175 dan
dicantumkan adz-Dzahabi dalam as-Siyar 3/263.
[30] Dicantumkan adz-Dzahabi dalam as-Siyar 3/302.
[31] Di riwayatkan al-Lalkai dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlis
Sunnah 7/1398.
[32]Dicantumkan al-Baihaqi dalam kitab al-I’tiqod, hal.
361. Lihat kitab ar-Rod ‘Ala Rofidhoh oleh Abu Hamid al-Maqdisy, hal.
303.
[33] Diriwayatkan al-Lalkai dalam Syarh Ushul I’tiqod
7/1302. Adz-Dzahabi dalam as-Siyar 5/390. Muhmamad bin Abd Wahid dalam an-Nahyu
‘an Sabbu al-Ashhab, hal. 75.
[34] Diriwayatkan Abdullah bin Ahmad dalam kitab as-Sunnah
2/558, al-Lalkai dalam Syarh Ushul 7/1301, adz-Dzahabi dalam as-Siyar
6/258.
[35] Adz-Dzahabi dalam as-Siyar 6/259.
(Artikel ini telah dimuat di Majalah adz
Dzakhiirah al Islamiyyah edisi 66 Vol.8 No 12 Tahun 1432 H/2010 M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar